Full Width CSS

Tuesday, 7 October 2014

Pengkhianatan Sang Sahabat

(Gambar : www.google.com)
Pagi pagi sekali aku terbangun dari tidurku, jam menunjukkan pukul 5 pagi. “Hmm, waktunya shalat Subuh” gumamku.
Aku pun beranjak dari tempat tidurku menuju kamar mandi. Setelah itu aku shalat. Tak sadar aku jatuh tertidur sehabis shalat.

HPku berbunyi, aku segera bangun. “siapa nih pagi pagi gini BBM aku?” jawabku. Lalu aku pun meraih HPku dari meja. Ternyata teman temanku sedang membicarakan sesuatu di group. Ada salah satu temanku bilang “Hey, kalian tahu gak? Kalau anak 6A ngomongin kita, kelas 6B” lalu teman temanku yang lain membalas “Hah? Yang bener? Masa sih?” dan setelah itu banyak hal yang kami bicarakan. Sampai ada temanku yang bilang
“6Astagfirullah” dan setelah itu kami pun berganti topik pembicaraan.
Tak ku sangka, minggu selanjutnya. Anak anak 6A menyinggung 6B, sontak kami kaget. “Kenapa mereka bisa mengetahui masalah yang kita bicarakan minggu kemarin?” tanyaku dalam hati.
Hari hari pun berlalu, dan kami masih saja diganggu oleh provokator dari 6A. Salah satu provokatornya adalah sahabatku, aku dekat dengannya saat aku kelas 5. Ghaida namanya, tapi kami suka mamanggilnya Dhi. (baca : Cinta 100 Hari Berujung Kematian)
Dan 3 lainnya laki laki, yang satu sahabatku, namanya Hilman. Dua lagi kembar, Hafiz dan Hafez.
Dan mereka yang sering mengompor-ngomporin kami dengan kata kata yang menyinggung kami. Sebagian dari mereka menuliskan di akun twitter mereka, dan lainnya suka memicu adu mulut antara kami dan 6A. Tapi kami hanya bisa sabar dan sabar.
Di minggu berikutnya. Kakak kelasku, memperlihatkan sebuah percakapan antara dia dengan Dhi. Sungguh sedihnya hatiku ketika mengetahui Dhi menuduhku orang yang suka mencari masalah dengan 6A. Sontak aku pun kaget, dan tak sadar aku menangis. Dan kakak kelasku bertanya “Kenapa? Maaf sebelumnya. Sebenarnya kakak gak mau memberi tahu adik, tapi mungkin ini sudah keterlaluan, dan Dhi memberi tahu kakak tentang masalah ini. Maaf dik. Kakak gak bermaksud membuat adik sedih” ucapnya. Tak sadar aku marah marah tidak jelas. Dan aku pun memintanya untuk mengirim pesan kepada Dhi, aku pun mengiyakan.
Esoknya. Aku dapat pesan dari si kakak. Dia berkata “Dik, Dhi malah marah marah ke kakak. Dia tanya apa yang kakak ceritakan ke kamu. Dan kakak terpaksa jujur. Dan yaa mungkin dia sudah tidak mau ngobrol sama kakak. maaf ya dik, gak bisa bantu kamu” aku pun hanya bisa diam.
Setelah itu. Dhi lewat di depanku. Dan saat itu di sebelahku ada Fia. Dhi hanya diam saat dia lewat di hadapan kami. Fia tak kuasa membendung amarahnya. Dia pun menarik baju Dhi dan melemparnya ke ujung tembok. Fia memarahi Dhi habis habisan saat itu. Dan Dhi pun berkata “Ampun! Ampun!” dan Fia pun meninggalkannya sembari diam.
Malamnya aku menangis, karena tak habis fikir kenapa Dhi tega melakukan itu padaku. “Padahal, dia kan sahabatku. Mungkin aku memilih orang yang salah. Tapi kenapa harus begini? Hatiku sakit sekali karena kalian selalu menyakitiku. Tapi apa yang aku bisa perbuat? Aku hanya bisa diam. Karena aku hanya seorang diri. Sementara kalian menyerangku. Dan apa salaku? Apa mau kalian?” gumamku. (baca : Cinta Bertepuk Sebelah Tangan)
Besoknya, kami berusaha meminta maaf. Dan itu pun sia-sia. Satu kali saat aku meminta maaf, mereka berteriak “Bisakah kamu diam? Berisik tau!” ucap mereka. Aku pun balas teriak “Kalian kalau ada masalah cari ribut terus, kita terus yang disalahkan. Padahal kan salah kalian sendiri. Giliran kami minta maaf. Yang ada apa? Cuma diteriaki berisik oleh kalian. Mana hati kalian? Mana otak kalian? Kalian fikir sesekali. Bagaimana rasanya di sakiti sama kalian!” ucapku sambil berlalu. Mereka pun hanya bisa melongo dan menaikkan pundaknya. Tapi aku tidak peduli.
Itulah kisah yang tidak akan pernah terlupakan. Kisah yang paling pahit yang pernah ku alami. Dan aku tidak akan pernah mau terjadi lagi. Tapi, sampai di sini. Akan ku tutup lembaran itu dan mulai tidak memikirkan hal itu lagi. Dan akhirnya, aku pun sadar. Jika di hidup ini aku tidak memiliki masalah, maka aku tidak hidup.

Cerpen Karangan: Zahra Nur Salsabila
Facebook: https://www.facebook.com/zahranur.salsabila.3

0 comments:

Post a Comment