|
(Gambar : www.google.com) |
Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang
besarnya hanya Allah yang tahu. Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai
surat seorang laki-laki kepada seorang laki-laki; surat seorang ayah kepada
seorang ayah.
Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu
dulu belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari
sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai
belum sekalipun kutemui.
Nak, menjadi ayah itu mulia. Bacalah sejarah Nabi-Nabi dan Rasul dan temukanlah
betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah dengan
anak-anaknya.
Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi
kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui
keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu.
Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku
banggakan di depan siapapun. Bahkan dihadapan Tuhan, ketika aku duduk berduaan
berhadapan dengan Nya, hingga saat usia senja ini.