Full Width CSS

Sunday 16 July 2017

ROYALTY FREE MUSIC | Live The Life - Edwin Ajtún

Taman Bunga Edelweis

Sebuah tempat yang tak pernah kosong dalam ingatanku, berada disudut kota membuat taman itu banyak pengunjungnya. Waktu yang berjalan membuatnya jauh lebih indah dari sebelumnya. Banyak bunga yang tumbuh mekar secara bersama-sama tak terkecuali, perasaanku padamu.

Taman bunga itu masih seperti dulu tak ada yang berubah, letak kursi dan bau bunga tetap sama memancarkan aroma keindahan, sama halnya dirimu.

Aku ingat, aku pernah terjatuh di lubang samping taman bunga itu. Dua kali tepatnya, pertama karena aku melihatmu tersenyum, yang kedua karena kau menegurku dari belakang.

Aku melihat langit, aku menemukan gambar bunga dari garis abstrak awan. Aku melihat bunga, aku menemukan pola susunan langit dan awan. Kemudian, aku melihat matamu dan aku menemukan keduanya.

A,B,C,D urutan abjad yang diajarkan di TK belakang taman bunga itu. Memecah suasana menjadi riang, lalu tiba tiba aku melihatmu. Di depanku tersenyum melihat sepatuku basah kena  air sewaktu menyiram bunga, edelweis nama bunga yang kusiram waktu itu sama seperti namamu bunga abadi.

Taman bunga itu cukup luas untuk menampung sebagian warga kota. Beberapa bunga tertentu, aku, adeleweis  dan kenangan bersamamu. Aku pernah berdoa kepada Tuhan untuk mengirimkan wakilnya kemuka bumi. Lalu Tuhan menciptakan berbagai macam bunga, tapi aku merasa ada yang belum sempurna.

Lalu aku berdoa kembali kepada tuhan, lalu Tuhan menciptakan dirimu secara sempurna bersama dengan senyum indah itu, senyum yang dapat mematikan nalar berfikirku. Akhirnya, aku menamai taman bunga itu menjadi taman bunga abadi.

Edelweis. Makassar, 15 Juli 2017