Menurutmu apa itu realitas? Apa
itu kehidupan nyata? Jawaban sederhananya, mungkin adalah sesuatu yang dilihat,
diraba, dicium, dipikirkan. Dan mungkin masih banyak lagi teori yang dapat mendefinisikan
apa itu realitas.
Mari kita berbagi cerita tentang
hal sederhana ini. Bisa berangkat dari lingkungan sekitar kita; kehidupan teman,
saudara, guru, kakek, anak dan bahkan diri kita sendiri. Sekali lagi saya ingin
sampaikan untuk diketahui, bahwa saya hanya ingin berbagi cerita dengan Anda. Yang
mungkin bisa saja dalam hal ini, Anda adalah teman, saudara, guru dan bahkan
diri saya di “waktu yang berbeda”.
Kita mulai dari apa yang terjadi
saat ini, mungkin saja Anda sedang menggenggam sebuah handphone canggih yang
telah menemani keseharian Anda dalam waktu yang panjang hari ini. Bisa jadi layar
laptop atau PC. Dari benda ini, kita sering melihat banyak hal-hal menarik yang
tidak pernah kita ketahui sebelumnya. Yang dengan adanya kecanggihan media
sosial, hal itu bisa sampai dihadapan kita saat ini. Termasuk pemikiran saya
yang saat ini sedang Anda baca.
Lalu apakah saya berhadapan
dengan Anda? Jawabannya mungkin iya, mungkin juga tidak. Tapi Anda tidak bisa
pungkiri, disaat yang sama kita seperti orang yang telah lama saling kenal dan
sekarang berada di beranda rumah ditemani secangkir kopi seperti sedang
berdiskusi.
Kembali pada pertanyaan awal, apa
itu realitas? Saya tidak sedang ingin mendengarkan jawaban Anda menurut apa
yang Anda pernah baca atau dengarkan. Saya ingin mengetahui apa pendapat Anda
sendiri tentang realitas? Apa hal yang nyata menurut Anda saat ini, apa tentang
kebingungan tentang apa yang sedang Anda baca atau tentang apa yang sebenarnya
ingin saya sampaikan melalui tulisan ini.
Mari sejenak kita melihat
sekeliling, mungkin Anda pernah berfikir bahwa realitas itu adalah sesuatu yang
dapat dilihat dengan mata. Nah, sekarang saya ingin bertanya, apa realita yang
dilihat oleh orang buta, yang keseharaiannya menajamkakn telinga dan
perabaannya untuk menikmati dunia ini. Bisa jadi itu adalah suatu yang gelap
dan pekat, tanpa cahaya sedikit pun. Apakah kegelapan adalah realitanya? Bisa jadi
iya bisa jadi juga tidak. Saya harap Anda tidak langsung mengambil keputusan
untuk menjadi orang buta untuk membuktikannya. Karena masih ada beberapa
pertanyaan yang akan kita diskusikan lewat tulisan ini. Saya tidak ingin Anda
berhenti membaca ini, karena kegelapan yang dialami oleh orang buta.
Sekarang, apa pendapatmu tentang
realitas? Apakah ia adalah sesuatu yang dapat diraba atau dicium? Saya yakin Anda
sependapat bahwa tidak sedikit orang yang tidak memiliki kedua tanggannya untuk
merasakan bentuk benda yang ia lihat. Termasuk mengenal aroma bunga mana yang
cocok untuk pasangannnya. Kadang kita salah pilih bunga atau minyak wangi untuk
kita nikmati. Jadi sebenarnya apa realita yang mereka rasakan?
Sebelum Anda menjawabnya, mari
kita jalan-jalan dulu. Bayangkan Anda sedang duduk dipantai, rasakan dengan
perlahan butiran demi butiran pasir yang ada ditangan Anda. Hirup aroma pantai
dengan deru ombaknya yang begitu tenang. Dan lihat dengan seksama senyum riang
pasangan yang ada disamping Anda. Indah sekali bukan?
Cukup! Sekarang kita kembali fokus
ke diskusi ini. Apakah realitas adalah sesuatu yang lahir dari pikiran Anda? Seperti
apa yang Anda bayangkan tentang pantai, pasir, orama ombak dan tentang senyum
riang pasangan Anda tadi? Jawabannya masih belum jelas.
Dari sini mungkin Anda mulai ragu
tentang disukusi ini, piliihannya ada beberapa. Pertama, Anda bisa menyudahi
untuk membaca. Kedua, Anda mengiyakan kebingungan pikiran Anda. Ketiga, kita lanjutkan
diskusi ini.
Saya yakin Anda Anda belum lupa
inti pembicaraan ini, dunia nyata, dunia khayal dan realitas diantara keduanya.
Jika Anda sudah sampai dikalimat ini, itu berarti Anda mimilih jawaban yang
ketiga. Dan itulah realitas. Saya sedang berdiskusi dengan Anda sejak kata
pertama yang Anda baca.
Terima kasih. Sampai ketemu lagi.
Makassar, 12 Januari 2017
0 comments:
Post a Comment