Full Width CSS

Sunday 4 June 2017

Torosiaje dan Cerita Buah Samo

Selalu ada cerita disetiap perjalanan, saat semua terasa hambar dan tak lagi berjiwa, bisik daun-daun tentang keindahan mengelitik telinga untuk kesekian kalinya. Meronta atau berpura bukan alasan tepat untuk benar-benar peduli, tapi cukup bagi sebagian penghuni kolong langit memuja lalu menjamah, beralibi dengan pembenaran yang seakan benar.

Diatas percik air tak tenang senja itu perlahan bersenandung, "biduk berlalu kiambang bertaut", adalah cinta dan prahara diantara nasehat pemuda yang hampir tua. Cerita singamoore hingga malu dibalik jendela bambu, lalu buah samo sedikit asin penanda bulan baru, adalah layar diatas perahu untuk menujumu.

Hijau kini menjadi abu-abu lepaskan putih asap diantara jeritan hutan itu, terlarang atau dilarang siapa yang peduli sayang, bukan lagi cinta jika hati terluka apalagi mereka yang bernyawa namun tak bersuara, yang tertawa pun akan mati juga.

Akar-akar kehidupan menjadi ingatan dengan satu senyum yang terabadikan, dimana ada pengharapan disitu semangat untuk berjuang, cerita tentang paru-paru dunia selalu ada untuk mereka dan kita semua.

Torosiaje, 4 Juni 2015