Waktu terus berjalan menjadikan hitam menjadi putih diatas kepalaku, tak sadar beberapa jatuh menyentuh kebebasan akan sebuah perjalanan. Gunung tak kehilanganan karakter diamnya saat
semua orang berteriak meminta pertolongan entah pada siapa.
Langkah kaki menujumu terhenti, entah mengapa aku mulai berfikir kembali. Mengapa sebegitu kuatnya aku mengejarmu, walau ku tahu kau tak pernah sedikitpun menginginkanku.
Bodoh, idiot, tak mengerti adalah kata yang pantas saat ini. Tapi biarlah, hanya orang bodoh seperti aku yang akan selalu mengejarmu, hanya orang idiot seperti aku yang akan selalu merindukanmu dan hanya akulah yang tak mengerti mengapa masih mencintaimu.
Setiap malam kutuliskan puisi untuk hilangkan penat ini, namun semakin ku benamkan pena diatas kertas maka semakin tak mampu aku menghentikannya.
Sayang luangkan waktu mu sejenak membaca pesan yang ku kirimkan padamu lewat angin malam, agar aku tahu jika kau baik-baik saja.
Marisa, 06 Desember 2014
0 comments:
Post a Comment