(Gambar : google.com) |
Kawan, kau harus memandang kebenaran sebagai saudara. Agar kau
membelanya dan selalu memperjuangkannya dengan tulus serta penuh kesungguhan.
Pada siapapun kebenaran itu harus kau bela, dalam kondisi apapun dia
bersemayam. Jika tidak, kau hanya akan sekedar memainkan kata-kata,
mengagungkan kebenaran seperti pelacur yang kau inginkan untuk memuaskan
hasratmu.
Ku akui memang nantinya kau akan menarik simpati kaum jelata. Tapi
tidak memenangkan hatinya, tidak menyetuh harapannya, apalagi berharap berjuang
untuk masa depannya.
Kawan, tahukah kau tentang cerita-cerita kaum muda yang kehilangan
arah. Atau kau lupa dengan perjuanganmu karena bisikan halus lembaran merah
bergambar sang proklamator tercinta. Jawablah kawanku! Aku masih setia
mendengar keluh kesahmu seperti dulu. Juga cerita tentang harapan-harapnmu tentang
sucinya perjuangan yang kan kita raih bersama.
Masih sanggupkah kau menginjakkan kaki telanjangmu diatas duri-duri
perjuangan. Masih lantangkah suaramu membisikan jeritan mereka yang tertindas.
Ataukah kau pura-pura lupa karena dompetmu mulai kosong dan perut bernada
keroncong.
Kawan, sudikah kau duduk bersamaku untuk menghabiskan segelas kopi
yang hampir basi? Kopi yang sering kita sebut sebagai ruang inspirasi, kopi
yang menjadi identitas kita kala niat masih suci. Hitam dan putihnya menyajikan rasa manis, dan kita terhanyut
berfantasi tentang sebuah negeri tanpa korupsi.
Negeri yang tentram dan nyaman bagi para petani juga negeri idaman
bagi para nelayan. Dimana rasa saling menghargai dan menghormati menjadi ciri
khas rakyat yang menghuninya. Dimana setiap rumah punya lahan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Dimana setiap pekerja mendapatkan upah sesuai waktu dan tenaga
yang direlakannya.
Kawan, berhentilah sejenak dan lihatlah sekelilingmu. Perhatikan
dengan seksama para pejabat yang suka berbohong itu. Lalu pergilah ke cermin
yang ada dibelakang pintu kamarmu. Bandingkan, mungkinkah wajahmu mulai
menyerupai wajah pejabat itu. Atau senyum riang telah luntur bersama
integritasmu.
Doaku untukmu kawan, semoga Tuhan selalu meyertai dan menjagamu.
Makassar, 21 Oktober 2016
0 comments:
Post a Comment