Full Width CSS

Saturday, 22 October 2016

Surat Kepada Kawan


(Gambar : google.com)

Kawan, kau harus memandang kebenaran sebagai saudara. Agar kau membelanya dan selalu memperjuangkannya dengan tulus serta penuh kesungguhan. Pada siapapun kebenaran itu harus kau bela, dalam kondisi apapun dia bersemayam. Jika tidak, kau hanya akan sekedar memainkan kata-kata, mengagungkan kebenaran seperti pelacur yang kau inginkan untuk memuaskan hasratmu.

Ku akui memang nantinya kau akan menarik simpati kaum jelata. Tapi tidak memenangkan hatinya, tidak menyetuh harapannya, apalagi berharap berjuang untuk masa depannya.


Kawan, tahukah kau tentang cerita-cerita kaum muda yang kehilangan arah. Atau kau lupa dengan perjuanganmu karena bisikan halus lembaran merah bergambar sang proklamator tercinta. Jawablah kawanku! Aku masih setia mendengar keluh kesahmu seperti dulu. Juga cerita tentang harapan-harapnmu tentang sucinya perjuangan yang kan kita raih bersama.

Masih sanggupkah kau menginjakkan kaki telanjangmu diatas duri-duri perjuangan. Masih lantangkah suaramu membisikan jeritan mereka yang tertindas. Ataukah kau pura-pura lupa karena dompetmu mulai kosong dan perut bernada keroncong.

Kawan, sudikah kau duduk bersamaku untuk menghabiskan segelas kopi yang hampir basi? Kopi yang sering kita sebut sebagai ruang inspirasi, kopi yang menjadi identitas kita kala niat masih suci. Hitam dan putihnya  menyajikan rasa manis, dan kita terhanyut berfantasi tentang sebuah negeri tanpa korupsi.

Negeri yang tentram dan nyaman bagi para petani juga negeri idaman bagi para nelayan. Dimana rasa saling menghargai dan menghormati menjadi ciri khas rakyat yang menghuninya. Dimana setiap rumah punya lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dimana setiap pekerja mendapatkan upah sesuai waktu dan tenaga yang direlakannya.

Kawan, berhentilah sejenak dan lihatlah sekelilingmu. Perhatikan dengan seksama para pejabat yang suka berbohong itu. Lalu pergilah ke cermin yang ada dibelakang pintu kamarmu. Bandingkan, mungkinkah wajahmu mulai menyerupai wajah pejabat itu. Atau senyum riang telah luntur bersama integritasmu.

Doaku untukmu kawan, semoga Tuhan selalu meyertai dan menjagamu.

Makassar, 21 Oktober 2016

0 comments:

Post a Comment