(Gambar : Usman AD) |
Kata demi kata goresan luka,
pena bertinta tetasan darah.
Ingin marah namun tak
berdaya,
bahagia pun tak kunjung
tiba.
Oh jiwa kemana perginya,
bidadari surga pelepas
dahaga.
Hitam putih bola matanya,
racun dan madu kini sama nikmatnya.
Merdu janji terucap saat
itu,
hembusan angin saksi bisu.
Sang rembulan pun merindu,
karena cinta menjadi pilu.
Kini dia dan mereka tahu.
rasa itu terperangkap harapmu,
Sejarah bagaikan kakek bisu,
untukmu bayangan masa lalu.
0 comments:
Post a Comment